Pages

Sunday, March 23, 2014

Sistm Pertahanan Canggih dalam Mulut Manusia

#23abfc




Hampir semua manusia di bumi pernah mengalami problem dengan gigi dan mulutnya. Entah itu gigi berlubang (caries), radang gusi (gingivitis), radang jaringan penyangga gigi (periodontitis), sariawan (stomatitis aphtosa), gigi ngilu (sensitive teeth) atau bau mulut (halitosis). Penyakit gigi dan mulut termasuk di dalam 10 besar penyakit yang diderita masyarakat Indonesia, yaitu berkisar peringkat 2-3 selama Pelita V (Depkes RI, 1994).

Di Indonesia, penderita gigi berlubang tidaklah sedikit. Hasil Survei Kesehatan Nasional 2002 menunjukkan, prevalensi gigi berlubang di Indonesia berkisar 60 %, yang berarti dari setiap 10 orang Indonesia, enam dari orang tersebut di antaranya menderita gigi berlubang. Streptococcus mutans menjadi penyebab gigi berlubang yang paling banyak di seluruh dunia dari semua streptococcus oral yang lain. Streptococcus mutans, bertahan hidup dari suatu kelompok karbohidrat yang berbeda. Saat gula yang dimetabolisme dan sumber energi lainnya, mikroba menghasilkan asam yang menyebabkan rongga pada gigi.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengatasi problem-problem tersebut namun sampai sekarang belum ditemukan pemecahan yang memuaskan. Seringkali pemecahan suatu masalah di rongga mulut hanya memperhatikan bagian per bagian dan tidak memandang rongga mulut sebagai satu kesatuan komunitas. Sebagian besar masalah di rongga mulut seperti tersebut di atas disebabkan oleh berkembangbiaknya bakteri di dalam mulut. Akumulasi bakteri plak dan produknya pada permukaan gigi dan subgingiva merupakan faktor inisiasi terjadinya penyakit pada rongga mulut. Diperkirakan lebih dari 300 spesies bakteri yang ditemukan dalam rongga mulut manusia tetapi diperkirakan hanya 10 – 20 spesies yang berperan dalam patogenesis penyakit rongga mulut.

Streptococcus alpha merupakan bakteri yang dominan pada awal pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob yang sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi (periodontal diseases).

Yang termasuk di dalam kelompok streptococcus alpha antara lain :

Code:

streptococcus pneumoniae

streptococcus viridans

streptococcus sanguis

streptococcus mitis

streptococcus mutans, dll.

Streptococcus mitis, streptococcus salivarius, streptococcus sanguis mempunyai peranan pada peradangan gingival dan kerusakan jaringan periodontal.

Bakteri patogen mempengaruhi jalannya proses penyakit dengan cara memproduksi substansi yang toksik terhadap jaringan, langsung menginvasi jaringan pejamu, dan menstimulasi respon pejamu. Beberapa Streptococcus dapat menghasilkan enzim histolitik (menghancurkan jaringan) dan substansi toksik (hyaluronidase, protease, dan asam organik). Bakteri gram positif pada sub gingiva memproduksi berbagai produk toksik yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan seperti : asam butirat dan propionat, amina, senyawa sulfur volatile, indole, amonia, dan glikan. Hyaluronidase sebagai suatu enzim yang dihasilkan Streptococcus dapat mengubah permeabilitas gingiva ataupun kerusakan jaringan ikat pada gingiva (gusi).

Sistem Pertahanan Alamiah di Rongga Mulut

Ludah merupakan cairan rongga mulut yang berfungsi untuk melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan cara pembersihan secara mekanis maupun fungsi antimikroba (bakteriostatis). Pada zaman sekarang konsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan kimia seperti pewarna, perasa, pengawet dan insektisida diduga telah berperanan terhadap kerusakan sistem pertahanan ludah. Selain itu pemakaian pasta gigi yang mengandung detergen yang melebihi batas toleransi maupun penggunaan bahan kumur mengandung antiseptik yang berlebihan juga berperanan dalam kerusakan sistem pertahanan ludah. Apabila sistem pertahanan ludah telah rusak maka akan berakibat terhadap kerusakan fungsi ludah sebagai bakteriostatik sehingga terjadi perkembangan bakteri patogen.

Salah satu sistem pertahanan alamiah di dalam rongga mulut dikenal dengan sebutan Laktoperoksidase sistem atau biasa disingkat LP-sistem. LP-sistem adalah suatu sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme yang secara alamiah ada di dalam ludah. LP-sistem dapat berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika tersedia ketiga komponennya. Komponen-komponen tersebut adalah enzim laktoperoksidase, tiosianat dan hydrogen peroksida (H2O2). Penelitian menunjukkan enzim laktoperoksidase dan ion tiosianat yang berasal dari kelenjar ludah sudah tersedia dalam ludah. Sedangkan hydrogen peroksida dibentuk oleh metabolisme dari mikro organisme sendiri. Mekanisme kerja LP-sistem sangat tergantung pada hydrogen peroksida yang diperlukan dalam konsentrasi tertentu. Jika hydrogen peroksida telah mencapai nilai optimal kemudian ditambahkan tiosianat dan enzim laktoperoksidase maka akan dihasilkan hipotiosianat yang akan menghambat pertumbuhan bakteri. Di sisi lain, bila hydrogen peroksida belum atau telah melewati batas optimal maka tidak akan terbentuk hipotiosianat sehingga pertumbuhan bakteri tidak mampu dihambat.

Dalam LP-sistem, tiosianat (SCN-) dari saliva dan hydrogen peroksidase (H2O2) di bakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Tiosianat sebagai ko-substrat dengan pengaruh laktoperoksidase dan dioksidase oleh hydrogen peroksidase menjadi hipotiosianat (OSCN-) yang mengakibatkan penghambatan glikolisis bakteri.

Kerusakan LP-system di dalam Rongga Mulut

Pada manusia modern, bakteri di dalam mulut berkembang biak tak terkendali karena sistem laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami di dalam ludah, umumnya dirusak oleh konsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan kimia seperti perasa, pewarna, pengawet dan pembasmi hama. Pemakaian deterjen (Sodium Lauril Sulfat) yang berlebih di dalam pasta gigi juga mempunyai andil besar dalam merusak air ludah. Batas toleransi kandungan deterjen dalam pasta gigi adalah sebesar 0,0001 %. Jika kandungan deterjen melebihi toleransi maka zat pembentuk busa ini dapat dengan mudah merusak ludah dengan cara menghancurkan sistem pertahanan alaminya. Untuk mengetahui efek dari pembentukan busa deterjen, dapat dilakukan dengan test sederhana. Setelah menggosok gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung deterjen (cirinya berbusa-busa), makanlah buah jeruk, maka rasa buah jeruk akan menjadi tidak enak (berubah rasanya), dikarenakan telah terjadi perubahan pada ludah dan rusaknya sensor rasa. Mukosa mulut dan gigi juga akan terasa kasar karena teriritasi oleh deterjen.

Selain makanan yang mengandung bahan-bahan kimia dan pasta gigi yang mengandung deterjen, ternyata pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi mempunyai andil terbesar dalam merusak sistem pertahanan alamiah ( LP-sistem ). Antiseptik bersifat bakteriosid sehingga akan membunuh semua bakteri di dalam rongga mulut. Akibatnya lingkungan mulut menjadi rusak.

Jika LP-sistem di dalam ludah sudah rusak, maka sistem tersebut tidak dapat berfungsi lagi di dalam saliva dan menyebabkan terjadinya 3 fenomena berikut :

1.Bakteri akan berkembang biak tanpa terkontrol dan menyebabkan lingkungan mulut menjadi asam. Keasaman mulut akan melarutkan email sehingga gigi menjadi rapuh dan berlanjut menjadi caries.

2. Bakteri yang berkembang biak akan memproduksi racun/toxin. Racun akan merembes ke dalam gusi menyebabkan gingivitis. Jika racun/toxin masuk lebih dalam lagi ke periodontium akan menyebabkan periodontitis.

3.Perkembangan bakteri yang tidak terkontrol juga akan menyebabkan halitosis. Halitosis berasal dari VSC (Volatile Sulfur Compounds) yang terdiri dari H2S (hydrogen Sulfide), CH3SH (methyl mercaptan) serta CH3SCH (dimetyl sulfide).

Enzymatic System

Makanan modern tidak mungkin ditinggalkan oleh manusia walaupun mengandung zat-zat kimia. Zat-zat kimia tersebut akan merusak LP-sistem yang merupakan pertahanan alamiah di dalam ludah. Berdasarkan fakta di atas maka saat ini tengah dikembangkan suatu penelitian guna memulihkan fungsi LP-sistem yang telah rusak. Metode ini diberi nama enzymatic system karena menggunakan enzim sebagai komponen-komponennya. Prinsip dasarnya adalah mengembalikan fungsi sistem alamiah laktoperoksidase. Tiosianat dan enzim laktoperoksidase sudah tersedia dalam saliva maka enzymatic system ini difungsikan untuk membentuk hydrogen peroksida yang cukup untuk bereaksi dengan tiosianat agar terbentuk hipotiosianat.

Enzim yang digunakan adalah amilogluco-oxidase (AMG) dan gluco-oxidase (GO). Adapun proses pembentukan hydrogen peroksidasenya adalah sebagai berikut : enzim amiloglucoxidase memfermentasi sisa saripati (makanan) diubah menjadi glukosa. Glukosa ditambah dengan H2O ( air ludah ) dan O2 yang ada di mulut diubah menjadi asam glukonat dan hydrogen peroksida. Reaksi kedua ini menggunakan enzim gluco-oksidase. Hydrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan tiosianat yang sudah ada di dalam ludah, akan menghasilkan hipotiosianat dan air. Reaksi ketiga ini menggunakan enzim laktoperoksidase. Hipotiosianat inilah yang berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatis).

Amiloglucoxidase dan gluco-oxidase dalam enzymatic system berfungsi membangkitkan pembentukan hydrogen peroksida yang diperlukan agar sistem laktoperoksidase dapat bekerja optimal. Dibutuhkan untuk mendapatkan H2O2 yang cukup.

No comments:

Post a Comment