Pages

Thursday, February 27, 2014

Fakta Mitos Seputar kegemukan

#23abfc




Kegemukan atau biasa disebut obesitas merupakan masalah yang besar pada abad ini. Jumlah kasus obesitas terus meningkat. Apakah Anda tahu jika terjadi kegemukan maka risiko untuk menderita diabetes dan penyakit jantung juga meningkat di masa depan Anda?

Mitos: "Saya gemuk karena dari sono-nya"

Fakta: Tidak sepenuhnya benar.

Kegemukan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Terdapat faktor yang dapat dimodifikasi dan ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi adalah pola hidup yang termasuk pola makan dan olahraga. Sedangkan salah satu contoh faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah genetik. Dalam beberapa tahun terakhir, telah di identifikasi berbagai gen dalam tubuh yang bertanggung jawab terhadap kegemukan. Gen kegemukan bukanlah vonis mutlak Anda akan menjadi gemuk. Namun gen ini dikombinasikan dengan faktor pola hidup yang menunjang kegemukan, merupakan dua hal yang memperbesar kemungkinan seseorang menjadi gemuk.

Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa terdapat interaksi kuat antara faktor pola makan dan genetik seseorang. Seseorang dengan gen kegemukan lebih rentan untuk menjadi gemuk, akibat dari minuman berpemanis atau soft drink. Kegemukan bukanlah sebuah "nasib" yang tidak dapat diubah. Peningkatan risiko pada seorang dengan gen kegemukan bisa ditekan dengan pemilihan makanan dan minuman yang lebih sehat.

Mitos: "I'm not fat. I'm big boned"

Fakta: Salah

 Meskipun sebagian orang terlahir dengan massa, volume dan dimensi ukuran tulangnya yang lebih besar dari ukuran normal. Namun hal tersebut bukan 'alasan' pencetus karena kondisi kegemukan.

Mitos: Gemuk karena kebanyakan minum minuman bersoda

Fakta: Benar

Selain faktor gaya hidup yang paling berperan, pola makan dan minum juga sangat mempengaruhi kondisi kegemukan. Salah satu bentuk minuman yang digemari saat ini adalah soft drink atau minuman ringan. Soft drink merupakan minuman dengan pemanis yang umum ditemui dimana-mana. Salah satu bentuk soft drink yang biasa ditemui adalah minuman bersoda. Sayangnya soft drink memiliki nilai nutrisi yang rendah. Selain itu, soft drink identik dengan makanan cepat saji berkalori tinggi. Keduanya merupakan bentuk makanan yang dapat menambah risiko kegemukan jika dikonsumsi terus menerus.

Mitos: Gemuk belum tentu jadi diabetes

Fakta: Salah

Dengan kondisi kegemukan, justru  Anda malah menambah risiko mendapatkan diabetes. Ditambah lagi jika Anda tidak merubah dan mengurangi asupan minuman bersoda. Semakin banyak bukti yang mendukung hubungan peningkatan konsumsi soft drink dengan berbagai penyakit kronis seperti diabetes. Penyebab utama hubungan diabetes dan minuman bersoda adalah penggunaan sirup jagung yang kaya fruktosa. Konsumsi fruktosa menyebabkan perkembangan resistensi insulin. Kedua hal ini akan mempercepat perlemakan hati dan diabetes tipe 2.

Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa pemberian minuman non-kalori sebagai ganti minuman berpemanis, dapat menurunkan berat badan dan akumulasi lemak pada anak-anak. Hal ini memberikan sebuah hubungan kausal antara minuman berpemanis, kenaikan berat badan dan risiko obesitas. Berbagai faktor diduga turut menyumbang pada peningkatan angka obesitas di dunia. Selain faktor genetik, pola makan yang kaya kalori dan jarang berolahraga diduga berperan penting dalam peningkatan kasus kegemukan di dunia.

Perlu ditekankan bahwa untuk memecahkan masalah kegemukan diperlukan pendekatan multifaktor. Perubahan pola makan dan peningkatan aktivitas merupakan langkah awal yang baik. Pola makan yang rendah lemak, kaya buah dan sayuran, ditambah pengurangan konsumsi soft drink merupakan kombinasi yang tepat bagi Anda yang ingin mempertahankan berat badan ideal dan mencegah terjadinya kegemukan.

No comments:

Post a Comment