Pages

Thursday, July 11, 2013

Mari Kita Belajar Pantang Menyerah dari Presiden ini

#fd452a


Kemalangan dan penderitaan bukan kartu mati dalam meraih cita-cita. Yang dibutuhkan adalah perjuangan tak kenal lelah serta kesabaran, dan kita bisa belajar dari presiden yang satu ini.

Andrew Jackson adalah seorang presiden Amerika Serikat yang ke-7. Beliau lahir di Lancaster Country, South Carolina pada tanggal 15 Maret 1767. Dua minggu sebelum kelahirannya, ayahnya meninggal dunia. Andrew Jackson menjadi seorang yatim sejak lahir. Andrew diasuh oleh ibunya dan mereka tinggal bersama ipar ibunya. Pada masa itu, ia tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengenyam bangku sekolah.



 



 



#23abfc


[imagetag]


Saat berusia 13 tahun, ia masuk tentara milisi Amerika dan turut berjuang dalam revolusi Amerika melawan Inggris. Jackson menjadi yatim piatu pada usia 14 tahun saat ibunya meninggal karena demam tinggi.

Kemudian ia mendapat surat untuk membuka praktik hukum dan pindah ke Nashville, Tennessee. Jackson menjadi orang pertama yang mewakili negara bagian Tennesse di kongres Amerika Serikat. Ia diangkat menjadi senator untuk mengisi kursi seorang senator yang meninggal. Pada tahun yang sama ia keluar dari senat untuk mengurus hal-hal pribadi. Setelah keluar dari senat, Jackson menjadi jaksa di Mahkamah Tinggi Tennesse.

Pada tahun 1804, ia menjadi Mayor Jendral tentara milisi Tennesse. Kesuksesannnya dalam bidang militer merintis jalannya menuju jabatan kepresidenan pada tahun 1824, tetapi gagal. Empat tahun kemudian ia berusaha lagi dan kali ini berhasil. Pada tahun 1829, Jackson dilantik menjadi seorang presiden. Ia memegang jabatan presiden selama dua kali berturut-turut. Sewaktu menjabat, ia didampingi oleh John Caldwell Calhoum dan Wartin Van Buren.

Anda pun juga bisa meraih hal yang sama jika Anda selalu menerapkan 3 hal, seperti apa yang telah dilakukan seorang Andrew Jackson: Sabar, Pantang Menyerah dan Ulet.

sumber | unikanehdunia-2.blogspot.com | http://www.apakabardunia.com/2013/07/belajar-pantang-menyerah-dari-presiden.html



No comments:

Post a Comment