Pages

Thursday, August 8, 2013

Etika membeli dan menitip Oleh-oleh

#23abfc


[imagetag]


Oleh Nina Ardianti

Sebagai pegawai bank dengan cabang dan nasabah yang tersebar di seluruh Indonesia, saya cukup senang bisa bepergian dan berkunjung ke tempat-tempat baru untuk urusan kantor. Tetapi bagai dua sisi mata uang, kesenangan itu dilengkapi dengan efek samping: banyak yang minta oleh-oleh atau titip beli suatu barang.

Jujur saja, setiap Anda hendak bepergian, baik untuk urusan pribadi maupun bisnis, pasti ada orang yang refleks berkata, “Jangan lupa oleh-oleh ya!” atau “Eh, mau ke [isi nama tempat di sini] ya? Titip belikan [isi nama barang yang yang membuat Anda berpikir ‘Heh? Benda apa itu?’] dong…”

Saya mengelompokkan para penitip oleh-oleh ke dalam dua golongan:



1. Oleh-oleh generik


Begitu tahu kita mau pergi ke Palembang, orang golongan ini akan meminta oleh-oleh pempek. Kalau kita ke Yogya, mereka minta bakpia. Kalau ke Medan? Bika ambon. Permintaan mereka mudah dipenuhi, dan sesuai dengan daerah kunjungan kita.



2. Oleh-oleh spesifik


Ketika kita pergi ke Semarang mereka akan meminta oleh-oleh lumpia. Terdengar sederhana, ya? Toh banyak yang berjualan lumpia di Semarang. Eits, tapi kemudian mereka bilang lumpia harus dibeli di Toko X yang ada di Jalan Y. Dibungkus dalam empat kotak, masing-masing berisi enam lumpia, dan semuanya harus masuk kabin, nggak mungkin masuk bagasi agar lumpia tidak hancur tertimpa kopor-kopor besar.

Menurut saya, ada semacam etiket yang harus diperhatikan dalam hal titip/beli oleh-oleh ini.



UNTUK PEMBELI OLEH-OLEH

1. Buat skala prioritas


Ada orang-orang yang memang harus dibelikan oleh-oleh misalnya orangtua, sahabat dekat, bahkan bos dan teman kantor (kalau kita melakukan perjalanan dinas). Namun ada juga orang-orang yang tidak wajib dibelikan oleh-oleh. Buatlah skala prioritas.



2. Lihat-lihat jenis orangnya


Ada orang-orang yang hobi menceletuk minta oleh-oleh ketika tahu kita akan melakukan perjalanan, namun sebenarnya mereka tidak serius. Nggak akan menjadi masalah apabila kita tidak membawa oleh-oleh, sehingga anggaran oleh-oleh bisa dialihkan kepada orang yang sensitifnya minta ampun — yang kalau nggak dibawakan oleh-oleh, akan merajuk satu minggu dan mencoret sementara nama kita dari daftar teman makan siang.



3. Jenis oleh-oleh


Selain lihat jenis orangnya, lihat juga jenis oleh-olehnya. Untuk berhemat, kita bisa membeli oleh-oleh massal yang bisa diberikan kepada banyak orang. Sementara untuk orang-orang tertentu, kita memberikan oleh-oleh yang lebih spesial. Sebagai contoh, bila kita berdinas ke Medan, kita bisa membeli dua kotak bika ambon untuk ditaruh di kubikel dan siapa pun yang mau, bisa ambil.



4. Tidak usah merasa tidak enak


Oleh-oleh itu bukan kewajiban. Tapi lebih merupakan bentuk perhatian kita kepada orang lain.



UNTUK PEMINTA/PENITIP OLEH-OLEH

Pastikan orang tersebut cukup dekat sehingga nggak berkeberatan dititipi


Akan menjadi sangat canggung kalau kita menitip sesuatu kepada teman yang sudah lima tahun nggak bertemu, dan kita tahu rencana kepergiannya hanya dari media sosial. Satu kata: jangan.



Jika titipan kita spesifik, berikan deskripsi yang jelas


“Pokoknya tas yang ukurannya sedang dan motifnya strip biru-putih gitu” bukanlah deskripsi yang cukup ketika kita minta tolong orang untuk membelikan apa yang kita mau. Berikan deskripsi yang lengkap, termasuk tempat membeli dan harganya.



Pastikan barang tersebut nggak ada di daerah kita


Suatu kali sahabat saya pergi ke Singapura dan dititipi sepatu bayi yang dari deskripsinya, tersedia di Indonesia. Dia pun berkomentar, “Memangnya toko online di Indonesia kurang banyak ya, sampai harus titip beli sepatu bayi di Singapura?”



Jangan lupa titip uangnya


Kadang kita lupa bahwa teman yang pergi bisa saja kondisi keuangannya terbatas. Jadi ketika kita titip sesuatu, lebih baik kita sekalian berikan uangnya. Apalagi kalau ternyata harganya nggak murah. Sudah untung dia mau membelikan titipan kita, jangan makin merepotkannya dengan bilang, “Pakai uang lo dulu ya, nanti gue ganti”.



Ambil, dong


Masak sudah titip masih minta dia mengantarkan ke kita? Kecuali dia menawarkan, sebaiknya kita tahu diri dengan mengambil barang tersebut.



Jangan banyak mengeluh


Jika diberi oleh-oleh dan sebenarnya kita nggak meminta, akan lebih baik jika kita tidak mengeluh terhadap apa oleh-olehnya atau dengan kata lain, jangan pilih-pilih. Mengatakan “Yah, gue nggak suka keju. Harusnya lo belinya yang cokelat” hanya akan membuat hubungan menjadi canggung dan lebih buruk: nggak akan ada oleh-oleh lagi untuk kita.

Terakhir dan yang paling penting menurut saya adalah kita mendoakan supaya teman/sahabat/keluarga yang bepergian, kembali dengan selamat. Oleh-oleh itu bonus.

No comments:

Post a Comment