Pages

Saturday, August 24, 2013

Tato Merupakan Filosofi Dan Kisah Hidup Bagi Perempuan Ini



Sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas tiga, Lea

Teikoalu memutuskan untuk memiliki tato permanen. Ingin terlihat lebih

keren, begitu alasan pertamanya memutuskan untuk menghiasi tubuhnya dengan tato

untuk pertama kali. Tato perdananya itu bergambar lumba lumba yang

dikenal cerdas dan penolong.

#23abfc


[imagetag]

Kini, menginjak usianya yang ke 35 tahun, sudah ada 11 tato yang

menghiasi tubuh Lea. Ada tato di pinggul, pantat, leher belakang, juga

lengan kiri dan kanan. Semua tato tidak sembarangan dibuat. Masing -

masing mengandung filosofi dan kisah.

Di lengan kanannya tergambar Rosario yang menjadi perlambang panjatan

doa. Sementara itu, di bagian pinggul terdapat tato berupa hati yang

pecah dengan seni yang indah. Di leher belakang Lea juga terangkai

tulisan Mandarin yang berarti "penari", mencerminkan profesi yang

dicintainya sebagai penari dan koreografer.

"Bagaikan diary, semua tato mengingatkan tentang momen momen spesial

sepanjang hidup saya. Remembering all the moments," ungkap perempuan

yang tergabung dalam tim penari Agnes Monica itu.

Perempuan yang juga seorang penyanyi dalam grup vokal bernama Kilau

itu mengaku sangat selektif dalam memilih tatto artist yang akan

melukis tubuhnya. Hanya yang kredibel, memiliki sertifikat, benar -

benar belajar tato, serta memiliki banyak pengalaman dan yang dikenal

dekatlah yang dipilih Lea untuk mentato tubuhnya. Ia pun rela merogoh

kocek untuk mendapatkan tato yang berkualitas dan sesuai keinginannya.

Wanita berdarah Manado itu mengaku pernah mengeluarkan Rp 7 juta untuk

satu tato, yakni tato bergambar potret ibunya di lengan kiri. Untuk

konsep desain, Lea kebanyakan memilihnya sendiri.

Rupanya perempuan bertato belum sepenuhnya dianggap biasa di tengah

masyarakat. Nyatanya, Lea pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan

saat berada di bus Trans-Jakarta. Saat itu, seorang laki laki

dirasakan Lea memandang sinis kearah sebagian tato yang mengintip di

lengannya. Padahal saat itu ia mengenakan pakaian yang sopan.

Lea sadar betul itu konsekuensi pilihannya memiliki tato. Di luar itu,

ia merasa ini negara bebas dan tato adalah salah satu bentuk

jatidirinya. "Jadi sebelum memutuskan (memiliki tato di badan),

dipikirkan baik baik segala sesuatunya," ujarnya. Lea bahkan masih

punya keinginan untuk menambah jumlah tatonya dengan alasan seni dalam

goresan tinta itu.

Nyatanya hingga kini pun, ibu Lea tidak menyetujui keberadaan tatonya.

Ibunya pun dengan tegas menetapkan batasan tato yang dimiliki Lea.

Sebuah tato bergambar mikrofon di lengan kiri sebagai pengingat sosok

ayahanda yang seorang penyanyi menjadi tato terakhir yang boleh

dimiliki Lea.

Sang ibunya punya alasan untuk membatasi tato putrinya, yakni

kekhawatiran sulitnya jodoh bagi perempuan bertato banyak. Itu pun

sempat membuat Lea khawatir. Namun, kemudian kekhawatiran itu

menghilang seiring dengan waktu. Menurutnya, saat ini zaman modern dan

setiap pria sudah memiliki banyak wawasan mengenai tato sebagai seni

dan lebih dewasa dalam memilih pasangan.

Ia pun tak menemui banyak kendala dari teman teman pria, yang

menurut Lea tidak menghakimi tatonya. Saat ini, Lea mengaku kekasihnya

yang seorang seniman tak punya masalah dengan tato Lea. "He know me

very well. Mulai dari tato, perilaku, prestasi, dan bagaimana saya

menghormati sosok ibi saya," ungkap dia.

Sumber

No comments:

Post a Comment