Warga penasaran dengan informasi adanya ular berkepala manusia yang menghebohkan. Rumah Hasan mendadak jadi lautan manusia dari beberapa daerah. Salah satunya Anis Farhan, warga asal Desa Karang Penang, Kabupaten Sampang.
Ia mengaku penasaran untuk mengetahui langsung ular aneh itu dengan mengajak tetangga dan anggota keluarganya ke rumah Hasan. "Semua keluarga saya diajak pakai mobil pikap terbuka untuk melihat langsung ular tersebut,"
Ditambahkan Anis, setelah jauh-jauh datang dari Kabupaten Sampang, ular itu benar keberadaannya. Namun, dia merasa kecewa karena ular tersebut sudah dikeringkan dan disimpan di dalam kaca.
"Agak kecewa melihat ular yang menghebohkan itu karena perkiraan saya saat berangkat dari rumah, ular itu masih hidup," uncapnya.
Sekilas ular berkepala manusia itu memang menarik. Dari bagian kepala mirip tengkorak manusia dengan rambut panjang berwarna kuning emas. Di bagian dada mirip manusia dan memiliki jari-jari lima buah dengan kuku panjang berwarna kuning.
Di bagian ekornya, memang ular lengkap dengan sisiknya melingkar. Besarnya seperti jari telunjuk. Itulah ular yang menghebohkan itu.
Ular itu menurut Muhammad Ghufron, tokoh masyarakat setempat, ditemukan oleh Faesol, warga Desa Pamaroh, Kecamatan Trageh, Kabupaten Bangkalan. Benda mati itu ditemukan pada tahun 1995 lalu dan kondisinya masih hidup. Ular itu kemudian dinamakannya Blorong.
"Ular itu kemudian mati sekitar satu tahun setelah ditemukan. Penemuannya bukan karena dicari oleh pemiliknya, melainkan datang sendiri," kata Ghufron.
Benda aneh itu berada di tangannya lantaran tiga hari yang lalu dirinya sedang dalam perjalanan pulang dari Surabaya. Saat tiba di kompleks pedagang kaki lima di rest area Suramadu sisi Madura, dirinya hendak berbuka puasa di warung milik Faesol, tetapi ternyata warung tersebut tidak menjual makanan. Sebab, kondisi Faesol sedang sakit batu ginjal.
"Dia tidak punya uang untuk berobat lagi karena sudah lima tahun berobat ke mana-mana tidak sembuh. Dokter memvonis jika penyakitnya ingin sembuh, harus menjalani operasi dengan perkiraan biaya Rp 500 juta," cerita Ghufron.
Setelah berbincang panjang lebar, Faesol kemudian menceritakan jika punya benda menarik dan tidak pernah diberitahukan kepada siapa pun. "Saya punya tawaran kepada Faesol agar ular berkepala manusia itu dibawa ke Pamekasan untuk dipamerkan dengan memungut biaya kepada orang yang ingin melihatnya," tambah Ghufron.
Setibanya di Pamekasan, Ghufron membuat informasi dari mulut ke mulut dan membuat selebaran kepada masyarakat. Informasi itu terus berkembang hingga meluas ke ribuan warga. Bagi warga yang ingin melihat benda aneh itu, harus merogoh gocek Rp 3.000 per orang.
Selama sehari, sudah 6.000 orang yang datang melihatnya. "Uang yang terkumpul nanti kami serahkan kepada pemilik benda itu agar digunakan untuk berobat," ungkap Ghufron.()
Sumber
No comments:
Post a Comment