Pelabuhan lama Panarukan, antara puing-puing sejarah dan sampah yang berserakan
Tadi kau mengantarkanku kesana, ke Pelabuhan (lama) Panarukan, Djakarta Lloyd. Hampir tak tersisa puing-puing bangunan lawas karena hampir semuanya sudah terkecup oleh nuansa modernitas. Anehnya, areal ini masih menyisakan aroma klasiknya. Lanjutan dari catatan sebelumnya, Dongeng Panarukan.
Panarukan tempo dulu adalah salah satu pelabuhan internasional yang strategis. Terletak di sebelah Pantai Utara Jawa Timur. Sebagai salah satu bandar kuno yang telah mempermainkan peranannya sejak berabad-abad yang lampau.
Pada masa Kerajaan Majapahit, Panarukan sangat terkenal sebagai kota pelabuhan di ujung timur Pulau Jawa. Pelabuhan ini mempunyai kedudukan lebih penting karena terletak pada tepi jalan perdagangan yang lebih ramai. Itu yang mungkin menjadi alasan mengapa raja dan petinggi-petinggi Kerajaan Majapahit sering singgah di Panarukan.
Panarukan saat ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Situbondo Propinsi Jawa Timur. Letak Kabupaten Situbondo, di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Luas wilayah Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 Km. Hampir keseluruhan terletak di pesisir pantai dari Barat ke Timur, bentuknya memanjang kurang lebih 140 km.
Panarukan dahulu merupakan bagian dari Keresidenan Besuki. Pada mulanya nama Kabupaten Situbondo adalah Kabupaten Panarukan dengan ibukota Situbondo. Pada masa pemerintahan Belanda oleh Gubernur Jendral Daendels ( tahun 1808-1811 M), dia membangun jalan dengan kerja paksa (yang penuh dengan tetesan darah dan air mata) sepanjang pantai utara Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Jalan Anyer Panarukan .
Pada masa pemerintahan Bupati Achmad Tahir ( tahun 1972 M) Kabupaten Panarukan kemudian berganti nama menjadi Kabupaten Situbondo, dengan ibukota tetap di Situbondo.
Kawasan pelabuhan Panarukan berada di Pedukuhan Pesisir Kilensari Kecamatan Panarukan. Jarak dari pusat kota Situbondo ke lokasi pelabuhan Panarukan kurang lebih 8 km ke arah barat. Lokasi pelabuhan terletak di pinggir laut dan dekat dengan jalan raya sehinggga dapat dijangkau dengan mudah.
Sejak abad XVI Panarukan sudah berfungsi sebagai salah satu kota pelabuhan terkemuka di Jawa Timur. Fungsi pelabuhan Panarukan semakin tampak yakni pada sekitar abad XIX tatkala daerah Jember dan Bondowoso dijadikan sebagai sentra area penanaman cash crop production, khususnya tanaman tembakau, kopi, tebu dan produk-produk perkebunan yang lain. Di pelabuhan Panarukan inilah tempat untuk menimbun, menyimpan, dan mengangkut hasil perkebunan ke luar negeri.
Pelabuhan Panarukan didirikan oleh salah seorang Ondemer terkemuka di kawasan Besuki yakni George Birnie pada tahun 1890-an dengan nama Maactschappij Panaroekan.
Pelabuhan Panarukan erat hubungannya dengan aktivitas serta perkembangan PT. Djakarta Lloyd sub. Cab Panarukan dahulu Panaroekan Maatscappij yang didirikan pada tahun 1886. Maka sejak tahun pendirian tersebut pelabuhan Panarukan sudah dikenal pasaran dunia atau Eropa melalui ekspor komoditi gula, kopi, tembakau, karet, dan jagung.
Di pelabuhan Panarukan juga terdapat lori yang menghubungkan stasiun kereta api sampai dermaga. Kira-kira sepanjang 1 Km. Untuk angkutan tembakau dan kopi dari Jember dan Bondowoso lebih murah dan cepat dengan jasa kereta api sampai Panarukan.
Sejak awal abad XIX pihak pemerintah kolonial menerapkan kebijakan ekonomi the system of onterprice (sistem pembangunan perusahaan atau Industri) sebagai pengganti the cultivation system (sistem pengolahan bahan). Dampak kebijakan politik ekonomi itu menyebabkan banyak berdirinya perusahaan perkebunan.
Salah satu daerah yang berkembang sebagai akibat kebijakan itu ialah daerah Bondowoso dan Jember. Kedua daerah ini terletak di bagian pedalaman yang cocok untuk penanaman komoditi ekspor. Namun pada waktu itu permasalahan utama yang dihadapi oleh perusahaan perkebunan ialah sulitnya mengangkut hasil perkebunan ke luar negeri, karena kedua derah tersebut jauh dari pelabuhan. Untuk mengatasi masalah tersebut George Bernie, pemilik NV LMOD (landbouw Matscapay Out Djember) yakni salah seorang penguasa perkebunan terbesar di daerah ini berinisiatif untuk membangun pelabuhan di Panarukan dan jalur kereta api Jember-Bondowoso-Panarukan.
Saat ini Stasiun Lintas Panarukan Kalisat non aktif. Masih terlihat sisa-sisa kejayaannya meskipun telah tergerogoti zaman. Foto diambil pada 20 Januari 2013 dengan menggunakan kamera HP 2.0 MP.
Gagasan untuk membangun pelabuhan Panarukan terealisasi pada tahun 1897 dan jalur kereta api Jember-Bondowoso-Panarukan yang berjarak 98 km dibuka pada tanggal 1 Oktober 1897. Untuk itu Bernie bekerja sama dengan Stoomvaart Matscapien Nederlandsch dengan mendirikan Matscapay Panaroekan.
Sejak berdirinya perusahaan pelabuhan ini semua hasil perkebunan yang berasal dari Bondowoso, Jember, Banyuwangi, dan Panarukan sendiri ditimbun di gudang-gudang di sekitar pelabuhan kemudian diangkut dari pelabuhan Panarukan ke luar negeri terutama ke Bremen (Jerman) dan Rooterdam (Belanda).
Sedikit Tambahan
Data-data diatas disarikan dari karya Ibu Cholifa yang berjudul Sekelumit Sejarah Pelabuhan Internasional Panarukan Jawa Timur. Senang sekali bisa mengenal Panarukan Situbondo lebih dekat. We love Panarukan.
Rz Hakim
Sumber
No comments:
Post a Comment